KUE LEKKER PISANG RAJA NANGKA

Kue Leker Pisang Raja Nangka

Saya kurang suka kue lekker, mungkin karena kue lekker pertama saya kurang enak, atau kurang cocok di mulut saya, terlalu garing dan amis telurnya. Tapi setelah saya mencoba kue lekker Gajahan Pak Fathoni, ternyata kue lekker itu enak juga, bahkan enak sekali. Kue lekker Pak Fathoni ini sesuai labelnya mulai berjualan sejak tahun 1968. Sekarang ini Pak Fathoni sudah meninggal dan diteruskan generasi berikutnya, yaitu anak sulungnya.

Yang istimewa dan bernilai tinggi adalah kue lekker ini dimasak dengan cara yang masih tradisional sekali, di atas tungku dan wajan tanah, mirip dengan pembuatan srabi Notosuman. Satu wajan kecil hanya muat satu kue lekker saja. Kue berbahan telur dan terigu ini sekilas memang mirip srabi tapi lebih gepeng. Ada beberapa pilihan rasa kue lekker, ada pisang cokelat, pisang keju dan buah. Buah di sini yang dimaksud selai buah. Satu kue lekker rasa keju harganya Rp 4 ribu, sedang lekker pisang cokelat harganya Rp 3 ribu.  Kue ini berjualan tiap hari bahkan hari minggupun buka.  Kue leker ini baru libur jika ada perlu, bila ada hajatan keluarga atau tetangga. Buka dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Meski malam hari tutup sebenarnya lekker ini cocok juga untuk dimakan malam hari, intinya panganan satu ini nyaman saja dimakan di segala suasana. Apalagi di musim hujan ini, pasti kue lekker ini jadi pilihan yang pas. Meski harganya cenderung murah tapi banyak kalangan elit menikmatinya. Salah satu mobil berlabel satu nama restoran terkemuka di Solo tampak berhenti dan memindahkan berdus-dus kue lekker pak Fathoni. Ya memang tepat. Meski jajanan ini ada di kaki lima, tapi rasanya tak kalah dengan rasa resto dan hotel bintang.

Jaman dulu kue lekker ini menggunakan pisang raja, tapi karena seiring berjalannya waktu, pisang raja yang semakin mahal itu diganti dengan pisang raja nangka. Buah raja nangka ini jika dilihat  dari kulitnya mirip dengan pisang susu, tapi lebih panjang. Tapi rasa kue lekker pisang raja nangka ini pun sudah enak sekali meski bukan pisang raja. “Kenapa tidak mencoba menanam pisang sendiri mas?  “Wah gak ada lahannya mba,” jawab keponakan laki-laki pak Fathoni sambil melayani pembeli. Rumah keluarga pak Fathoni berada di Jogoprajan, Danukusuman  tak jauh dari Gajahan tempat mereka berjualan.