Menikmati angin semilir di Alun-Alun Kidul Solo, berkeliling dengan becak lampu, memberi makan kebo bule Kyai Slamet dengan kangkung, menikmati langit luas di sore hari atau malam hari yang cerah adalah hiburan tersendiri bagi masyarakat.
Ada jajanan murah meriah yang mewarnai di setiap sudut putaran Alun-Alun Kidul itu. Selain angkringan sederhana, juga marak jajanan bakso bakar. Dulu bakso bakar ini hanya dikenal dan dinikmati di kalangan anak-anak saja. Tapi kini bakso bakar juga banyak dinikmati remaja dan semua orang.
Jajanan yang ditusuk lidi itu terbuat dari tepung tapioka yang kenyal dengan dipadu bumbu rempah dan kecap lalu dibakar sebentar di atas arang. Maka jadilah jajanan yang rasanya menghentak di lidah jika mau yang rasa pedas, atau ada rasa yang kalem dan manis tinggal pilih sesuai dengan selera lidah. Dan bakso bakar akan menemani obrolan santai beberapa anak muda yang melepas lelah di alun-alun.
Salah satu penjual bakso bakar itu adalah De Santos yang berjualan di ujung kiri jalan dari arah kraton Solo. Sudah dua tahun ini Santoso berjualan bakso bakar. Tidak hanya bakso bakar yang ditawarkan Santoso, tapi ada juga sosis bakar dan tahu bakso bakar. Harga bakso dan tahu bakso bakar. Satu tusuk bakso bakar atau tahu bakso bakar hanya seribu rupiah saja. Sedangkan sosis bakar, harganya dua ribu rupiah.
Dari buka jam 9 pagi hingga nanti tutup jam 9 malam, Santoso rata-rata menjual 100 hingga 200 tusuk bakso. “Jika malam minggu, lebih ramai lagi, saya nyebrang ke depan saja sampai gak bisa,” kata Santoso sambil menunjuk jalan di depannya yang masih lenggang di sore yang bukan malam minggu. Jika malam minggu Santoso bisa menjual bakso bakar hingga 800 tusuk, bahkan jika tak hujan dan cuaca cerah ia bisa menjual sampai seribu tusuk bakso.
Santoso cukup bekerja keras, dan hasilnya pun lumayan seperti pegawai kantoran. Satu bulan ia bisa mengantongi ejeki hingga Rp3 juta. Dan bagi pembeli akan bisa menikmati bakso bakar ini tiap hari, kecuali hari minggu.