Alangkah nikmatnya, setelah puas belanja aneka kebutuhan di Hartono Trade Center, kemudian istirahat sambil minum segelas teh. Selain itu alangkah baiknya pula ketika kegiatan ini ditambuhi dengan pengetahuan yang mencukupi terkait sejarah masa lalu minuman ini. Khususnya di negara tercinta, Indonesia.
Bukan merupakan tanaman asli Indonesia
Banyak yang tidak mengetahui, bahwa teh bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Teh mulai masuk ke tanah air pada abad XVII ketika bangsa kolonial Belanda mulai menancapkan kaki penjajahan di negeri ini.
Pada tahun 1684, seorang pegawai VOC bernama Andreas Cleyer memasukan biji teh ke Batavia. Meski berhasil tumbuh dengan subur, namun pada masa tersebut tanaman ini hanya dijadikan sebagai tanaman hias saja. Rumah dinas gubenur Jenderal VOC, F. Valentijn juga menggunakan tanaman tersebut untuk mempercantik halamannya.
Sahabat Hartono Trade Center, sekitar 1,5 abad kemudian atau persisnya pada tahun 1817 Kebun Raya Bogor dibangun. Kemudian pada tahun 1826 koleksi tanamannya dilengkapi dengan tanaman teh meski hanya dalam jumlah sedikit saja.
Setelah itu 10 tahun berikutnya, pada 1827, mulai dilakukan pengembangbiakan yang lebih luas di kawasan Gunung Raung dan Wanayasa. Setelah melihat perkembangan yang memuasikan, pemerintah Belanda memutuskan meluaskan area penamanannya di berbagai daerah di Pulau Jawa.
Langkah ini dipelopori oleh seorang ahli minuman teh asal Belanda, Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson. Di waktu yang hampir bersamaan, tanaman ini dijadikan sebagai salah satu pelaksanaan program tanam paksa atau cultuurstell tahun 1830.
Melalui sisem tanam paksa ini pasti sahabat Hartono Trade Center mengetahui, semua petani di Jawa dipaksa menanam tanaman teh oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal ini berlangsung selama kurang lebih 30 tahun. Ketika itu, teh menjadi komuditas yang sangat laris dan bisa dijual dengan harga tinggi di kawasan Eropa.
Menjadi minuman masyarakat Indonesia
Karena setiap hari harus menanam teh, lama kelamaan petani di Jawa mulai mengenal minuman dari bahan ini. Selanjutnya budaya minum teh juga menjalar ke masyarakat lain dan pada masa tersebut teh makin sering dinikmati pada pagi hari.
Sahabat Hartono Trade Center perlu mengetahui juga, minuman teh yang dikonsumsi oleh masyarakat ini hanyalah teh dengan kualitas nomor dua. Sedangkan teh kualitas nomor satu selalu diekspor oleh VOC ke Eropa.
Larisnya dagangan komuditas teh tersebut memunculkan dorongan pada pemerintah kolonial untuk membuat keputusan baru. Mereka memberi hak bagi kalangan swasta untuk mengelola perkebunan teh. Dari sinilah kemudian teh jadi semakin terkenal dan populer di tanah air hingga saat ini.
Beda dengan kopi, memang hanya sedikit sekali ada cafe yang menawarkan minuman teh sebagai menu utama. Meski demikian diantara sahabat Hartono Trade Center pasti banyak yang menyukainya. Selain nikmat, minuman ini juga dapat memberi manfaat yang sangat bagus bagi kesehatan tubuh.