HTC_-_ilustrasi_artikel-juni-solo_thrift_day3

Solo Thrift Day, Berburu Barang Tren dengan Harga Miring

Thrifting alias belanja barang-barang second atau bekas memang lagi ngetren di kalangan anak muda. Selain bisa tetap mengikuti tren fesyen kekinian tapi enggak perlu ngeluarin banyak biaya. Di Solo Thrift Day banyak barang bekas yang dijual namun masih bagus dan layak dipakai. Acara ini digelar selama tiga hari Jumat-Minggu (4-6 Juni 2021) di Atrium Hartono Trade center.

Salah satu panitia Nando mengatakan, “Kegiatan Solo Thrift Day pertama kali kami gelar, ini untuk mendukung temu aktivitas temen-temen komunitas sekaligus mengenalkan brand mereka,” ujarnya.

Di acara Solo Thrift Day enggak hanya menjual pakaian dan sepatu fesyen namun juga terdapat Food Bazar, Community Bengawan Rider, Talkshow Gegujengan, Breaking Battle, dll. Beberapa brand seperti Miracle Indonesia X Hallo Original, Wellmygoood, Liberty.Ave, Bassecondstuff, Top Second dll

 

HTC_-_ilustrasi_artikel-juni-solo_thrift_day2

 

Tren Fashion Thrift awal mulanya ditandai dengan adanya mass-production of clothing (produksi masal pakaian) pada revolusi industri di akhir abad ke-19. Karena pada masa itu terjadi produksi pakaian secara besar-besaran, harga pakaian baru pada masa itu menjadi sangat murah dan terjangkau. Pada masa itu, tak jarang masyarakat langsung membuang pakaian yang baru beberapa kali dipakai.

Kebiasaan tersebut menyebabkan limbah pakaian menjadi menumpuk. Limbah pakaian yang makin menumpuk hari demi hari biasanya akan diambil oleh para pelancong karena pada dasarnya pakaian tersebut masih sangat layak untuk dipakai, hal ini menyebabkan sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat untuk memakai pakaian bekas. Tren tersebut masih sering dilakukan sampai beberapa tahun setelahnya. Hingga saat ini, tren memakai pakaian bekas kembali muncul lagi dan akrab disebut dengan thrifting.

 

HTC_-_ilustrasi_artikel-juni-solo_thrift_day1

 

Thrifting tidak hanya identik ke pakaian namun merujuk kepada barang bekas dan barang-barang yang dinilai masih layak untuk dipakai. Barang bekas yang dijual kembali tentu memiliki harga jual yang lebih murah daripada harga jual yang masih baru. Hal ini juga menjadi pendorong bagi masyarakat untuk memiliki barang yang mereka inginkan walau dengan harga yang lebih murah. Uniknya, beberapa kota di Indonesia memiliki sebutan tersendiri untuk kata thrift, seperti misalnya di Balikpapan kata thrift akrab disebut dengan cakaran; di Medan disebut dengan Monja; di Solo disebut awul-awul dan di Sulawesi thrift disebut dengan cakar (cap karung).