HTC_-_ilustrasi_artikel-februari-Patung_Pandawa_Lima_Solo_Baru,_Penuh_Keindahan_dan_Sarat_Nilai_Budaya

Patung Pandawa Lima Solo Baru, Sarat Nilai Budaya

Sejak selesai dibangun beberapa tahun lalu, patung Pandawa Lima yang terletak tidak jauh dari Hartono Trade Center langsung jadi ikon wisata kawasan Solo Baru. Setiap wisatawan atau siapa saja yang kebetulan lewat dan singgah di area seputar patung ini pasti akan terkagum-kagum saat melihat kemegahannya.

Kota satelit Solo Baru

Tidak mau ketinggalan dengan daerah lain yang memiliki perkembangan sangat pesat, Solo Raya juga memiliki kawasan khusus yang dinamakan kota satelit. Lokasinya ada di Kabupaten Sukoharjo bagian utara, berbatasan langsung dengan kota Solo bagian selatan dan terkenal dengan sebutan Solo Baru.

Mungkin ada sebagian sahabat Hartono Trade Center yang belum mengetahui bahwa Solo Baru juga sering dijuluki sebagai kota modern. Penyebabnya antara lain adalah, karena di kawasan ini terdapat banyak bangunan yang desainnya menggunakan gaya kekinian.

Sebagian dari bangunan tersebut berfungsi sebagai pusat perbelanjaan atau mall, pusat niaga atau dagang, perkantoran, wisata, kuliner, hotel dan sebagainya. Bahkan di sini ada ratusan rumah yang sebagian besar penghuninya berasal dari kalangan menengah atas.

Sedangkan Hartono Trade Center sendiri, berlokasi di jalur utama kota satelit ini atau persisnya di Jalan Ir. Soekarno. Di kota satelit ini pula terdapat fasilitas umum yang sangat lengkap seperti tempat ibadah, rumah sakit, sekolah dan masih banyak lagi.

Patung Pandawa Lima

Tepat di pusat kawasan Solo Baru, terdapat hiasan berupa patung yang jumlahnya ada lima. Kumpulan patung tersebut merupakan perwujudan dari lima tokoh pewayangan terkenal yaitu Pandawa Lima. Pembuatnya adalah seorang seniman kondang dari Bali, I Wayan Winten.

Sahabat Hartono Trade Center, konsep penataannya patung ini sangat menarik. Empat tokoh Pandawa Lima yang usianya lebih muda diletakan pada sisi barat, timur, selatan dan utara.

Masing-masing adalah Arjuno, Werkudara, Nakula dan Sadewa. Semua menghadap kearah tengah yang dipakai untuk meletakan patung sosok Puntadewa yang usianya paling dewasa.

Sarat nilai budaya

Dalam kisah epos Mahabarata, ada seorang raja bernama Prabu Pandu Dewanata yang mempunyai dua istri, Dewi Kuntitalibrata dan Dewi Madrim. Melalui perkawinannya dengan Dewi Kuntitalibrata, Prabu Pandu Dewanata mendapat tiga orang anak, yaitu Puntadewa dan Bratasena serta Arjuna.

Sedangkan Dewi Madrim punya dua anak kembar, Nakula dan Sadewa. Akan tetapi sejak kecil anak kembar ini mendapatkan pengasuhan dari Dewi Kuntatalibrata karena ibu kandungnya meninggal dunia, termasuk juga ayahnya Prabu Pandu Dewanata.

Meski harus mengasuh anak tiri, namun Dewi Kuntitalibrata tetap memberi perlakuan yang sama seperti anak kandung sendiri. Karena itulah kelima anak tersebut menjalani kehidupan dengan rukun.

Keteladanan inilah yang kemudian menjadi alasan utama pembuatan Patung Pandawa Lima di Solo Baru. Ketika berada di area berdirinya patung tersebut, sahabat Hartono Trade Center tidak hanya bisa menikmati keindahannya saja. Lebih dari itu juga dapat mempelajari nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.